Minggu, 20 November 2011

Islam di Jepang

Jika Anda mendengar Negara Jepang maka yang akan bermunculan di benak Anda adalah satu atau lebih dari karakter Jepang yang menonjol, yaitu; Negara Penjajah Indonesia setelah Belanda, bom atom Hiroshima dan Nagashaki, penyembah matahari, budaya Shinto, agama Budha, olahraga Sumo, kendaraan sepeda motor dan mobil buatan Jepang, kedisiplinan, manajemen kerja yang handal dlsb. Pendek kata, semua yang Anda bayangkan tidak satupun mengenai Islam. Oleh karena itu termasuk hal yang unik dan menarik jika kita mengenal Jepang dari sisi keislaman.
Islam dan Muslim di Jepang
Dr. Zakaria Ziyad, kepala Lembaga Kaum Muslimin (LKM), di Jepang mengungkapkan, Islam masuk ke Jepang sudah sejak 200 tahun lalu melalui para pedagang muslim. Sebagian warga negara pribumi Jepang yang masuk Islam di luar negaranya kembali ke sana menyebarkan Islam. Sumber lain Hirofumi Tanada, profesor ilmu manusia di Universitas Waseda di Tokyo, mengatakan bahwa Islam masuk ke Jepang (maksudnya pada masa modern ini) tahun 1920-an melalui imigrasi beberapa ratus Muslim Turki dari Rusia menyusul evolusi bekas negara Soviet itu.
Menurut Dr. Ziyad Jumlah kaum muslimin dari warga Negara (WN) pribumi Jepang ada sekitar 100.000 ribu orang. Sedangkan kaum Muslimin non-WN asli Jepang dari kalangan pendatang yang tinggal di Jepang mencapai 150.000 orang Muslim.
Sumber yang lebih akurat karena hasil penelitian, yaitu DR. Shalih Mahdi As-Samirai direktur Islamic Center di Jepang memperkirakan bahwa jumlah umat Islam WN Jepang sekitar 100.000 atau lebih sedangkan WNA berjumlah 300.000 ataulebih. Oleh karena itu Wikipedia memperkirakan jumlah muslim di Jepang berjumlah 400.000.
Tahun 1930-an, kaum Muslim mencapai jumlah 1,000 jiwa dari berbagai negara asal.
Gelombang migran lain yang mendorong populasi Muslim mencapai puncaknya di tahun 1980-an, bersama dengan pekerja migran dari Iran, Pakistan, dan Bangladesh.
Jepang sekarang menjadi rumah bagi komunitas Muslim yang berjumlah 400,000 jiwa, dari total populasi negara sebesar 127 juta (0,0031%).
Tanada mengatakan beberapa faktor seperti pertukaran pelajar, wirausahawan dan mereka yang memiliki karir profesional bertanggung jawab untuk meningkatnya populasi Muslim.
“Ada banyak Muslim yang telah menikah dan tinggal di Jepang bersama keluarga mereka, dan mereka ingin memperdalam pertukaran dengan komunitas mereka,” ujar profesor Tanada. Juga ada peningkatan dalam jumlah mualaf Jepang, yang saat ini sekitar 10,000 jiwa di antara komunitas Muslim. Banyak wanita Jepang yang masuk Islam setelah menikah dengan pria Muslim.
Masjid dan Imam di Jepang
Kini, di seantero Jepang baru ada sekitar 60 Masjid dan lebih dari 100 musholla di seluruh penjuru Jepang yang harus melayani ribuan kaum Muslimin.
Tokyo Camii, yang juga dikenal sebagai Masjid Tokyo, salah satu Masjid tertua di Jepang menerima 400 sampai 500 Muslim saat ini, kebanyakan berasal dari Pakistan, Malaysia, dan Indonesia.
Sejumlah masjid dan mushalla yang ada di Jepang kekurangan imam dan para khatib yang seharusnsya dapat memberdayakan kaum Muslimin Jepang dan mengenalkan kepada mereka prinsip-prinsip agama. Kebanyakan Da’i kaum Muslimin yang dikirim negara-negara Arab dan Islam tidak menguasai bahasa Jepang.
Zakaria mengingatkan, negeri Sakura tersebut amat memerlukan seorang Mufti yang bersedia tinggal di tengah kaum Muslimin di Jepang agar dapat memberikan fatwa agama yang benar kepada mereka. Ia mengatakan, semua orang akan mengenal seberapa besar problematika yang dihadapi manakala mengetahui bahwa jumlah imam yang ada saat ini di Jepang tidak lebih dari 5 orang saja.!!
Pemakaman Islam di Jepang
Selain itu masalah lain adalah hingga saat ini belum ada pemakaman Islam mengingat harga tanah di Jepang amat mahal, sehingga kaum muslimin belum bisa leluasa menguburkan kaum Muslimin sesuai dengan syariat mereka. Sementara orang-orang Jepang membakar jenazah orang-orang yang meninggal di kalangan mereka.
Sikap Jepang Terhadap Islam
Ziyad mengatakan, masyarakat Jepang tidak menyimpan rasa benci terhadap Islam ataupun kaum Muslimin. Belum pernah terjadi, ada seorang Muslim yang mengalami kesulitan atau masalah, baik ia seorang WN pribumi Jepang maupun warga pendatang. Ia menyiratkan, pemerintah dan rakyat Jepang memberikan kaum Muslimin kebebasan total dalam menjalankan syiar agama mereka.
Bahkan masyarakat Jepang sendiri yang masuk Islam semakin banyak hingga Hirofumi Tanada, profesor ilmu manusia di Universitas Waseda di Tokyo, mengatakan kepada Japan Times, Minggu (14/11/2010), “Saya percaya bahwa minat pada Islam secara umum meningkat.”
Kesulitan dan Krisis Identitas
Kehidupan di Jepang tidak selalu indah bagi kaum Muslim. Meski katanya penyedia makanan halal tersebar di seluruh ibukota Tokyo, namun tidak mudah mendapatkan makanan halal setiap waktu, terutama ketika dia sedang terburu-buru. Bahkan di sekolah anak-anak muslim tidak bisa bebas dari makanan yang tidak halal. Misalnya, jika kau melihat dengan seksama ke bungkus ‘sembei’ (biskuit beras), mereka memasukkan ekstrak sup ayam, yang mungkin bukan makanan halal (hasil sembelihan orang musyrik, atau kafir non ahli kitab).
Kesulitan lain adalah dalam menunaikan shalat lima waktu di masjid, karena jumlahnya yang terbatas, kecuali shalat Jum’at mereka selalu berkumpul dalam jumlah besar.
Di Negara Raksasa Asia itu kaum muslimin banyak yang kehilangan identitas Islam. Hal ini merupakan problem paling krusial yang dihadapi generasi baru Islam Jepang. Demikian seperti diungkapkan Zakaria yang menjelaskan, bahwa penyebab hal itu adalah karena tidak adanya satu sekolah Islam pun di Jepang hingga saat ini!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar